KAPOK LOMBOK
Pepatah Jawa di atas
secara harfiah berarti kapok atau jera lombok.
Lombok atau cabai
menimbulkan rasa pedas atau kepedasan bagi yang menyantapnya. Sekalipun
demikian ada banyak produk hidangan yang berbumbu cabai. Bahkan ada sekian
banyak jenis sambal dengan bahan baku utama cabai atau lombok.
Lombok atau katakanlah
makanan dan sambal yang berbahan atau berbumbu lombok itu jika disantap
menimbulkan rasa pedas yang membakar lidah. Banyak orang sampai menangis atau
meneteskan air mata jika baru saja menyantap hidangan pedas. Banyak juga yang
sampai megap-megap dan mengeluarkan banyak air liur karena kepedasan. Ketika
siksaan pedas itu begitu menghebat di mulut umumnya orang menghentikan acara
menyantapnya. Banyak juga yang mengatakan tidak kuat atau tidak tahan lagi
alias kapok dan tidak lagi-lagi.
Namun lain kali orang
yang bersangkutan bisa saja rindu untuk menyantap hidangan atau sambal yang
berasa pedas seperti ketika oang tersebut dulu pernah menyantapnya. Inilah yang
disebut kapok lombok. Artinya kapok yang hanya bersifat temporer saja. Sama
seperti ketika orang kepedasan dan tidak tahan menyantap rasa pedas dan
kemudian menghentikan acara bersantapnya. Namun beberapa saat atau beberapa
hari kemudian sudah kangen lagi untuk menyantap masakan berasa pedas, sambal,
dan sebagainya.
Intinya, pepatah di atas
hanya ingin mengajarkan bahwa kapok lombok adalah kapok atau jera yang tidak
sesungguhnya. Jera atau kapok yang hanya bersifat sangat temporer. Kapok yang
tidak tulus. Kapok sesaat.
Dalam kehidupan masyarakat hal demikian banyak dijumpai. Misalnya ada
pencuri tertangkap dan dipukuli. Ketika ditanya ia menyatakan kapok. Namun
setelah lepas dari penjara ia melakukan pencurian lagi. Demikian seterusnya.
Contoh lain dari kasus kapok lombok dapat dicermati sendiri di sekitar
kehidupan kita.***
Baca juga KATON KAYA CEMPAKA SAWAKUL